Kamis, 15 Agustus 2013

One Name One Person One Love ( YASON PUTRAJATI )

Sometimes I hate being so much in love
cause I knew, at the end of the story, I'll get hurt
but i always believe that it's never gonna be the same
9 October 2011, I found someone who worthy to loved
the day i meet him was the luckiest day of my life
i want love, i want protection, but he's provide me more
I made ​​many mistakes that made him sick, but he didn't leave me. he stayed by my side eventhough he was tired with my behavior
i feel warm and safe when i'm with him 
what would it be without him
he's the best. i just can't hide what i feel

i always pray we will lasts till the longest time, babe
your love has drive me crazy
swear to me that you're never leave, cause i'll see you in our sacred wedding vow on your white tux

Before Today

Tidak ada yang berat saat aku mengetahui bahwa kau akan selalu ada dan menjadi tempat bergantungku meskipun aku terbiasa melakukan apapun sendiri melihat dari keadaan bahwa kau jauh dan tak bisa selalu ada di sisiku. Tapi kau membuat dirimu hadir dan nyata sehingga aku tak pernah merasa sulit dan jenuh.

Tidak ada yang kuragukan bahkan saat dunia menyalahkanku dan menyalahkan anggapanku, karena kau selalu ada dan akan selalu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tidak ada yang kurisaukan meskipun kau jauh karena kepercayaanmu utuh kugenggam dan kau selalu meredamkan cemburu dan gundahku. Karena hanya perkataanmu yang bisa membuatku tenang dan percaya meskipun terkadang dengan emosi dan egois aku mati-matian menyalahkanmu.

Kau tak pernah memelukku saat aku menangis,
Kau tak pernah ada di sisiku mengecupku saat aku merindukanmu,
Kau tak pernah ada di sisiku menjagaku hingga reda saat aku sakit,
Kau tak pernah berjalan di sisiku menggenggam tanganku,
Kau tak pernah ada di saat dunia seakan menjauhiku,
Kau tak pernah menenangkanku saat amarahku menguasaiku,
Kau tak pernah menghangatkanku saat udara dingin menyerangku,
Kau tak pernah menjemputku di saat aku benar-benar butuh,
Tapi kau selalu membuatku merasa dirimu melakukannya, karena kau membuat dirimu hadir, nyata, dan terasa.

Saat aku mengeluh kau akan selalu menguatkanku.
Saat aku memutuskan untuk berdiam, kau selalu membujuk tawa dan senyumku.
Saat aku butuh, kau selalu tak pernah membuatku mencarimu terlalu lama dan berbelit.
Saat aku mulai menangis, kau selalu menghentikan air mata itu mengalir dari mataku.
Saat aku kehilanganmu, ah, kau tak pernah membuatku merasa kehilangan, karena kau selalu menjelaskan apa yang terjadi padamu di sana.
Aku selalu mencintaimu.
Memberi dengan ikhlas dan menanti dengan rela.
Aku setia, dan kau tahu itu.
Aku menanti dan kau tahu itu.
Aku sedih dan kau rasakan hal yang sama.
Aku tak berubah, dan kau tahu benar siapa aku.
Entah bagaimana masa depan merubah keadaan, kau tahu bahwa aku tak pernah ingkar.
Ah, aku tadi bilang masa depan membawa perubahan ya? Ya, dan kau..........
Aku yang tak peka karena tak merasakan apa yang kutuliskan lagi, atau memang masa depan membawa perubahan padamu?  
 
 
Sumber : http://myldrstory.blogspot.com/search/label/Kangen

Rabu, 14 Agustus 2013

Cinta Datang Karena Terbiasa? ( Oleh. Dwitasari )

“Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan” - Dwitasari


Tak disangka, bulan ini dia akan menikah. Dadaku sesak. Seharusnya aku ikut bahagia ya? Sahabatku, teman baikku, cinta pertamaku akan segera menikah. Bukan dengan aku tapi dengan yang lain.

***

“Kamu ini ya, seringnya bikin kaget! Tapi aku seneng lho secepat ini kamu akan melepas masa lajangmu.”

“Ini bukan mauku!” Jawabnya, ketus.

“Hmm..” Aku menatapnya sebentar, lalu kembali mengetik naskah novelku. Dia mengganggu aku yang sedang berimajinasi.

“Witing tresno jalaran soko kulino.” Dia berkata dengan terbata-bata, berdiri dari bangkunya lalu berpindah tempat duduk, disampingku.

“Datangnya cinta karena terbiasa.” Aku menatapnya sebentar, menoyor kepalanya lalu kembali mengetik lagi.

“Ih, dengerin gue dulu dong!” Dia menjambak rambutku, memaksaku, lenjeh.

“Apaan?” Aku menatapnya ogah-ogahan dan meninggalkan naskah-naskah itu sejenak.

“Menurut elo perjodohan itu apa?”

“Zaman Siti Nurbaya.” Jawabku, seadanya.

“Gue dijodohin! Perjodohan itu menyeramkan! Dua orang yang tidak saling mengetahui satu sama lain dipertemukan dalam suatu waktu dan tempat. Bukan untuk perkenalan tapi untuk menentukan tanggal pernikahan! Pernikahan.. Negeri antah-berantah atau mungkin sesuatu yang lebih gila daripada rumah sakit jiwa!”

“Kenapa elo gak nolak aja?”

“Elo mau tahu, kenapa gue gak bisa nolak?”

“Apa?” Jawabku, penasaran.

“Perjodohan itu salah satu ‘alat’ pembahagiaan“

“Maksudnya?”

“Gini.. Perjodohan itu emang gak bikin gue terlalu bahagia tapi perjodohan itu bisa membuat orang-orang disekitar gue bahagia.” Dia berkata dan menatapku dalam-dalam.

“Hmm..” Ibarat paragraf, aku sudah mengetahui komplikasi masalahnya.

“Elo tahu kan nyokap gue? Dia gak bisa bertahan hidup kalau enggak dikasih suntikan insulin berkala. Dengan perjodohan ini, gue pengen ngebuat beliau setidaknya bahagia karena menikah dengan wanita yang beliau pilihin buat gue. Nyokap gue bilang cinta itu bisa dateng kalau terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa saling berbagi, terbiasa saling perhatian maka cinta akan datang dengan sendirinya.” Dia menjawab semua pertanyaan yang timbul di otakku kala itu.

“Tapi ini berat!” Dia berkata padaku dengan nada tinggi.

“Kenapa?” Aku kembali bertanya padanya.

“Gue harus ninggalin sesuatu yang menurut gue bisa bahagiain gue secara penuh. Termasuk seorang wanita yang selama ini mengisi kekosongan hati gue.”

“Kalau tujuannya mulia, Tuhan pasti ngasih yang terbaik buat elo. Walaupun elo harus ninggalin semua hal yang menurut elo bisa membuat elo bahagia.” Aku berusaha menenangkannya, walaupun aku juga merasa miris dan getir.

***

Tanpa ditunggu pun, pernikahan itu terjadi. Aku melihat disana, seorang laki-laki dan seorang perempuan duduk di pelaminan, diberi hujanan ucapan dan salaman kebahagiaan dari semua tamu undangan.

Aku melihat cinta pertamaku, duduk dipelaminan bukan denganku tapi dengan yang lain. Aku berjalan ke pelaminan untuk memberikan ucapan. Sulit memang, menahan perkataan hati yang berkecamuk saat itu, menahan air mata agar tidak mempermalukan aku di depan dia, cinta pertamaku. Dan jika air mata itu jatuh di depan dia, aku akan berkata bahwa ini adalah air mata bahagia.

***

5 tahun berlalu. Aku masih single dan masih menyukai menulis. Buku terbaruku laris dipasaran dan cetakan pertama terjual habis selama 1 bulan. Bagaimana dengan dia? Dia hidup bahagia dengan istri dan kedua anaknya di Brunei Darussalam, dia bekerja sebagai salah satu petinggi perusahaan perminyakan di daerah sana.

Hari ini, dia berkunjung ke Indonesia. Pulang kampung katanya. Melalui chat YM, dia berjanji akan menemui saya setelah menemui ibunya yang kesehatannya berangsur membaik.

***

“Udah lama ya?” Aku segera duduk disampingnya dan mengulurkan tangan.

“Cuma salaman? Udah lama gak ketemu juga!” Dia berdiri dari tempat duduknya, mengampiriku, duduk disampingku lalu mencium kedua pipiku.

“Jangan bilang istriku ya!”

“Apaan sih! Emang istrimu bakal mutilasi kamu kalau kamu cuma nyium pipi sahabatmu? Hahaha.” Candaku membuat dia juga ikut tertawa.

“Haha. Jadi elo masih single ya?” Dia mengawali pembicaraan.

“Orang mah kalau baru ketemu itu nanya kabar, bukan nanyain status! Iyeee single haha kenapa?” Aku menjawab pertanyaannya dengan ringan.

“Tahan banget!”

“Well, masih banyak yang harus gue kejar. Masih banyak orang yang harus gue bahagiain.”

“Jangan terlalu keasikan sendirian lo!”

“Cerewet! Gimana kabar istri lo dan anak lo?” Aku bertanya.

“Istri gue baik. Anak gue udah 2. Yang pertama udah 4 tahun, yang kedua masih 2 tahun. Gimana buku lo? Masih tentang cinta-cintaan lebay? Hahaha” Jawabnya seadanya, benar-benar tidak berubah sejak 5 tahun berlalu!

“Cinta itu MISTERIUS, ga bisa dipegang tapi kerasa nyata. Makanya gue gak berhenti buat menulis tentang cinta.”

“Oh.” Jawabnya pendek, sepertinya dia tidak tertarik dengan pernyataanku.

“Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Jadi, cinta itu sudah datang kan!” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan ke bahan pembicaraan yang menurutku ringan-ringan saja.

Dia terdiam dan menatapku kosong. Apa aku salah bicara? Ups.. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan!

“Belum.” Dia menjawab sambil memakan hidangan masakan yang sudah tersedia di depan kami. Tidak berselera.

“Gue salah ngomong ya?” Aku kagok, terdiam.

“Ternyata lo masih inget tentang cerita gue yang perjodohan itu ya?”

“Iya. Karena cerita lo itu bukan main-main.”

“Tujuan gue gak nolak perjodohan itu bukan cuma gue pengen membuat nyokap gue bahagia tapi gue juga pengen segera punya keluarga dan anak, cuma itu…”

“Istri gue bisa memberikan itu semua dan dengan pernyataan cinta datang karena terbiasa itu, gue percaya suatu saat gue bisa mencintai istri gue dengan tulus..”

“Tapi semua berjalan gak sesuai kemauan gue. Istri gue, anak gue, kebahagiaan nyokap gue, semua kosong! Gue membiarkan semua mengalir tanpa pilihan gue. Buat menyesal bener-bener udah telat. Dan bodohnya lagi, bagian hati gue masih diisi dengan wanita itu, bukan dengan istri gue!” Dia menjawab pertanyaanku dengan lengkap. Aku merasa bersalah.

“Sorry lho, gue gak maksud ikut campur soal kehidupan pribadi lo. Kita ganti topik ya?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Mungkin ini saatnya gue ngasih tahu lo. Elo mau tahu siapa wanita yang bertahun-tahun mengisi kekosongan hati gue?” Dia menjawab pertanyaanku dan membuatku penasaran.

“Nggg.. Rahasia hati lo, jangan dibuka ke gue! Gue comel lho! Haha”

“Tapi elo harus tahu!” Dia berkata dengan sangarnya dan begitu memaksa!

“Siapa?” Aku bertanya dengan nada penasaran.

“Elo..” Dia menjawab pendek tapi mengagetkan!

“Gue? Lucu lo! Makan yuk!” Aku tidak percaya dengan jawabannya yang membuat dia terlihat bodoh.

“Gue suka cara lo memandang gue. Gue suka kebiasaan lo saat bertemu gue. Gue suka kebiasaan lo berbagi sama gue. Gue suka kebiasaan lo memberi perhatian ke gue. Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan. Gue sengaja membiasakan semua yang terjadi antara gue dan istri gue, makanya cinta gak datang dengan mudahnya. Tapi semua kebiasaan yang terjadi secara tidak sengaja bersama lo, gue jadi tahu cinta itu segila apa!” Jawabannya membuat aku shock! Aku seperti tidak percaya dengan semua yang dikatakannya. Aku terdiam, tidak bisa berhenti menatapnya, sesak.

“Dan untuk hal yang terparah, bodoh dan tololnya, gue ngerasain hal yang sama.Cinta itu gila, dia membuat kita ga rasional! Jujur, gue pengen banget menikah dengan cinta pertama gue, tapi ternyata dia keburu menikah dengan orang lain.” Tanpa sengaja aku berkata padanya, benar-benar lisan dan tanpa kesengajaan.

“Siapa?” Dia bertanya padaku, penasaran.

“Elo lah! Pake nanya lagi!”

Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. Suami orang lain, cinta pertamaku, saat ini memelukku dengan erat. Tak pernah aku merasa sehangat itu.


with love :)

Tolong Buat Aku Lupa ( Oleh. Dwitasari )

   Jelaskan padaku mengapa semua jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil di otakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai mengusai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin, aku jatuh cinta. Entah kamu.

   Semua kulakuan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kautak memahami yang sebenarnya terjadi.

   Aku tidak bisa melupakanmu…. sungguh! Aku selalu ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Kerutan matamu yang aneh, namun tetap terlihat memesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk tidak dilupakan. Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.

   Kita jarang punya kesempatan berbicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, “Hal yang mustahil di dunia ini hanyalah memakan kepala sendiri.” Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kaukirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu menulisnya tanpa perasaan, hanya untuk merespon perkataanku saja.

   Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kautunjukkan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kaukatakan untukku. Aku takut memercayai perhatian sederhanamu yang kauperlihatkan secara terselebung. Aku takut. Aku takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar adalah hal yang salah di matamu. Tolong kembalikan aku ke jalanku dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

   Ketahuilah, Tampan. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul otakku, seperti asap rokok yang menggantung di udara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan, selama ini juga, aku tak pernah berani mengatakan satu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku mulai menyukaimu.
di antara rindu yang selalu gagal kuungkapkan
di dalam rasa canggung yang belum kupahami
tolong… jangan pergi

Mengais Masa Lalu - Dwitasari

Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masa lalu
Memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan
Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja
Seakan-akan sosokmu nyata
Menjelma menjadi pahlawan kesiangan
Yang merusak kebahagiaan

Dalam kenangan
kau seret aku perlahan
Menuju masa yang harusnya aku lupakan
Hingga aku kelelahan
Hingga aku sadar
bahwa aku sedang dipermainkan

Inikah caramu menyakitiku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?
Apa dengan melihat tangisku
itu berarti bahagia buatmu?
Apa dengan menorehkan luka di hatiku
berarti kemenangan bagimu?

Siapa aku di matamu?
Hingga begitu sulit kau melepaskanku dari jeratanmu

Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?
Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan?
Kapan kau ajari aku kebebasan?

Ajari aku caranya melupakan!
Meniadakan segala kecemasan
Meniadakan segala kenangan

Nyatanya derai air mataku
Hanya disebabkan olehmu

Ajari aku caranya melupakan
Sehingga aku lupa caranya menangis
Sehingga aku lupa caranya meratap
Karena aku selalu kenal air mata

Aku hanya ingin tertawa
Sehingga hati aku
mati rasa akan luka

Selasa, 13 Agustus 2013

Tanah Hatimu,Rindu Kesumatku... ( DEAR YOU )

AKU masih berdiri dijalan yang sama.
MENANTIMU dengan nafas terengah dan gontai kaki menjejak tanah hatimu.

Dipucuk menara gading, rindu kesumatku.
Menjepit setiap kedip mata dengan sketsa wajahmu.
Telak memasungku.

KAMU.
Sedetik menjauh, sedetik mendekat.
PERGI, lalu KEMBALI.
ADA, lalu TIADA.
Melemparku dalam pusaran getar tak bertepi.

Ruang tanpa kata ( DEAR YOU )

Diruang tanpa kata, rindu itu tersandera. Menjadi tahanan
ditaman kota yang tak lelah memproklamirkan janji-janji
penyatuan. Riuh menggelitik getar yang lama tersimpan di 
tebing ketakutan.
Diruang tanpa kata, rindu itu tunduk teduh pada keakuan
perasaan. Setia berkelok pada muara hati yang bernaung atas
nama cinta. Tanpa syarat merelakan diri berkubang tawa-
merekah dan peluh-gelisah yang saling berganti memamah
bahagia juga luka.
Di ruang tanpa kata, kesetiaan itu tetap terjaga. Menunggu
datangnya masa saat perjamuan mencetak nyata. Dua wajah
bertemu, saling tatap dari kedalamannya dan menghidangkan
cinta sebagai menu utama yang merunut pada mata hati,
senyatanya.

Reguklah rindu sepuasnya, ( DEAR YOU )

Rindumu menderas hujan.
Dan aku telah meminumnya.
Tapi aku tetap kehausan.
Maka dari bibirku,
reguklah air rindu sepuasnya,
bahkan mengering kerontang hingga kita 
tak perlu kenal lagi apa itu bosan.
"....hingga kita tak kenal lagi apa itu kehausan.
karena rindu mengairi bibir kita,
dalam jarak sekalipun,,,"

DEAR YOU

Selamat Malam.
Harmoni kata yang tak terganti.
Untuk mu kuserahkan mimpi,
dan esok kita akan menuai janji.
Dua mata bertemu.
Rindu saling menggengam.
Apa yang bisa kureka-reka selain bahagia,
dan selebihnya adalah kita.
Dengarkanlah!
Kebahagiaan itu terlalu dalam menusuk.
Nyata perjumpaan itu telah menguras rindu hingga ke akarnya.